Menumbuhkan Kreativitas Anak Lebih Penting Daripada Produktivitas di Sekolah

Menurut Anies, mengatakan kreativitas merupakan sesuatu hal yang ditumbuhkan dan bukan dibentuk oleh pemerintah. Jadi perlu ruang yang cukup untuk tumbuh mulai dari rumah dan sekolah. Diakuinya selama ini pendidikan lebih menekankan pada produktivitas dan bukan kreativitas. Akibatnya sisi kebudayaan di sekolah mendapat porsi sedikit. Padahal, kalau kita dorong kreativitas, maka tak terbatas.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan baik guru maupun orang tua mempunyai peran penting dalam menumbuhkan kreativitas. Dia menyebut pendidikan di sekolah tidak hanya intrakurikuler tetapi ekstrakurikuler dan aktivitas nonkurikuler. Cara menilai siswa juga harus berubah, karena cara menilai tersebut mendorong terjadi perubahan. Sehingga kreativitas mendapat tempat di rumah dan sekolah, kata Anies dikutip dari Republika (02/03).
Menumbuhkan Kreativitas Anak Lebih Penting Daripada Produktivitas

Konsep Kreativitas
Supriadi (2001: 7) menyimpulkan bahwa pada intinya kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Keberhasilan kreativitas menurut Amabile (Munandar, 2004: 77) adalah persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik. Persimpangan kreativitas tersebut-yang disebut dengan teori persimpangan kreativitas (creativity intersection).

Berikut ini ada 9 cara yang dapat Anda lakukan sebagai orang tua untuk menumbuhkan kreativitas anak:

1. Hargai Kegagalan
Kebanyakan orangtua hanya menghargai keberhasilan anak. Itu pun, yang dihargai adalah sesuatu yang tampak: Wah, anak Mama juara. Kamu memang pintar. Nanti Mama belikan sepeda baru. Kalau dapat nilai seratus, kamu boleh main game lebih lama. Kita sudah tahu bahwa cara tersebut tidak tepat, karena lebih tepat untuk mengapresiasi usaha anak, ketimbang hasilnya semata. Namun tak kalah penting adalah menghargai kegagalan mereka.

Seringkali kegagalan yang dialami anak (maupun orang dewasa) dianggap sebagai ketidakmampuan anak dalam mengerjakan sesuatu. Beberapa orangtua kemudian menekan anak untuk belajar lebih keras. Orangtua lain meminta anak untuk menyerah saja, karena merasa anak memang tak cocok belajar hal tersebut. Padahal cara-cara ini bisa mengikis rasa percaya diri anak, saat ingin mencoba hal-hal baru yang ia belum yakin bisa.

Saat melihat anak alami kegagalan, semisal, dalam lomba menyanyi, konfirmasilah usaha terbaik yang anak lakukan saat itu. “Menurutmu bagian lagu mana yang kamu rasa tadi bisa nyanyikan dengan paling oke? Selanjutnya, tanyakan pada anak hal apa yang harus mereka lebih kembangkan. Tadi Ayah lihat kamu sedikit gugup. Gimana rasanya tampil di atas panggung? Apa yang akan kamu lakukan kalau diberi kesempatan untuk menyanyi lagi?

2. Ajari Anak Memasak
Memasak bukanlah kegiatan yang eksklusif dilakukan oleh anak perempuan. Saya sendiri percaya bahwa memasak adalah kecakapan yang harus dimiliki siapapun, setidaknya di tingkat dasar. Mengapa? Selain karena memasak adalah cara manusia bertahan hidup, memasak juga meningkatkan daya kreatif anak.

Mengapa memasak menjadi salah satu cara menumbuhkan kreativitas anak? Buat Ayah Ibu yang hobi memasak, saya percaya Anda sudah mengetahui jawabannya. Memasak adalah sebuah eksperimen, saat anak bisa mencoba menambahkan bahan ini dan itu untuk melihat hasilnya. Apa efeknya saat kita hanya menaruh sedikit mentega dalam membuat kastengel?

Setiap bahan yang ditambahkan ke dalam masakan, akan menimbulkan efek tersendiri, yang bisa menjadi kesempatan eksplorasi buat anak. Jangan larang anak saat mereka ingin menambahkan beberapa bahan, yang bisa jadi melebihi takaran yang ada di resep-tentu dalam batasan yang tidak membahayakan mereka.

Kalau masakan atau kue versi anak tidak sempurna? Bukan masalah: memasak adalah wahana anak untuk belajar tentang proses kreatif, tentang menciptakan kesalahan-kesalahan baru, dan memikirkan cara seru untuk memperbaikinya.

3. Perbaiki Barang-Barang Sendiri
Apa yang akan Anda lakukan saat melihat ada barang rusak di rumah? Memanggil tukang? Jika Ayah Ibu berpikir bahwa kerusakan sekecil apapun sebaiknya dilimpahkan kepada orang lain, Anda kehilangan kesempatan untuk memperlihatkan pada anak bahwa sebenarnya kita mampu memperbaiki barang-barang kita. Padahal, dengan mengajak anak untuk, misalnya, memperbaiki kran yang bocor, anak dapat terdorong untuk berlatih memecahkan masalah mereka sendiri, sebagai salah satu cara menumbuhkan kreativitas anak.

Kini internet menyediakan beragam panduan untuk memperbaiki barang-barang yang biasa kita gunakan di rumah. Tentu saja, ada batasan tentang tingkat keamanan dalam memperbaiki sesuatu, misalnya listrik. Namun jika Anda memang memahami dan yakin bahwa ini adalah sesuatu yang juga aman diperbaiki anak, sudah saatnya kita mengajak anak memperbaiki barang-barang kita sendiri di rumah.

4. Bermain Sembari Berimajinasi
Pernah melihat anak menggunakan ember atau panci sebagai topi-topian? Itulah kreativitas anak! Cara kelima dalam menumbuhkan kreativitas anak, sebenarnya sudah mengalir dalam darah mereka: menggunakan suatu alat dengan tujuan baru yang mereka imajinasikan sendiri.

Ayah Ibu sebagai orangtua bisa mendorong daya kreatif anak dalam hal ini, dengan mengajak anak memilih jenis mainan yang membebaskan imajinasi mereka. Mengapa, karena setiap mainan biasanya dibuat dengan tujuan tertentu, sama halnya dengan perkakas yang dibuat dengan fungsi tertentu. Hanya saja, seperti kata Einstein, imajinasi tak memiliki batas.

5. Beri Kesempataan Berpendapat
Para orangtua sebaiknya memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pendapatnya.  Biarkan anak menyampaikan omongannya, dan kita sebagai orangtua adalah menghargai omongan atau pendapat anak tersebut. Memaksakan kehendak kepada anak sebaiknya dihindari apalagi meremehkan pendapat anak dan menganggap bahwa pendapat orangtua lah yang paling benar.

6. Ajari Berlatih Mengambil Keputusan
 Berilah anak kesempatan untuk mengambil keputusan hasil buah pemikirannya selama hasil pemikiran tersebut tidak merugikan orang lain atau diri sendiri. Apabila akhirnya si anak membuat kesalahan maka itu merupakan bahan pembelajaran untuk anak. Biarkan anak untuk praktek dan belajar. Peran orangtua adalah mengawasi dan membantu ketika anak ada kesulitan

7. Beri Kesempatan Pada Anak
Para orangtua sebaiknya memberikan kesempatan anak untuk lebih mandiri. Biarkan anak melakukan kegiatannya sendiri. Apabila anak melakukan keberhasilan maka berilah pujian atau penghargaan sekecil apapun yang telah dilakukan anak. Hal ini akan mendorong anak untuk lebih semangat lagi untuk memunculkan daya kreatifitasnya.

8. Beri Rangsangan Pada Anak
Sebaiknya para orangtua memberikan rangsangan kepada anak agar anak tertarik dengan hal-hal baru atau benda-benda baru. Rangsangan tersebut bisa kita berikan dengan memberikan buku-buku, mainan edukatif atau gambar-gambar. Ajaklah anak untuk belajar mengeksplorasi kehidupan sekelilingnya. Ini berfungsi agar anak bisa melihat merasakan mendengar kejadian-kejadian disekelilingnya. Ketika anak aktif bertanya berikanlah jawaban dan tidak diperbolehkan untuk mematikan rasa ingin tahu anak.

9. Ajari Berekspresi
Berikanlah kesempatan pada anak untuk berekspresi dengan media yang disenanginya.  Ini bertujuan agar si anak belajar untuk mengembangkan daya imajinasinya dan mempraktekkan dalam dunia nyatanya.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Related Post

0 Response to "Menumbuhkan Kreativitas Anak Lebih Penting Daripada Produktivitas di Sekolah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel