Memahami Perbedaan Belajar di Sekolah dan Perguruan Tinggi
30.11.15
Add Comment
Memasuki masa SBMPTN sepertinya setiap siswa berjuang dengan keras termasuk membahas soal hingga menyiapkan mental. Tujuannya jelas, agar nilai yang diperoleh bisa memenuhi standar penyeleksian untuk masuk ke Perguruan Tinggi favorit. Meski begitu, rasanya tidak salah jika saat ini pembahasan seputar metode belajar antara di sekolah dan PTN dijelaskan secara rinci. Diharapkan, akan semakin meningkatkan daya juang dan semangat untuk terus belajar.
Sudah dapat dipastikan, jika belajar di Perguruan Tinggi sangat berbeda dengan siswa di sekolah menengah. Tak sedikit malah, perbedaan yang cukup mencolok ini membuat banyak mahasiswa yang kurang bisa menyikapinya. Ujungnya, hasil ujian tidak bagus dan mengakibatkan harus berhenti dari kuliah atau drop-out. Umumnya, kondisi ini terjadi di awal tahun kuliah dimana banyak mahasiswa kerap menerima kendala baik dari segi psikis maupun lingkungan.
Agar tak terjadi hal demikian, ada baiknya kita membahas lebih jelas lagi agar dapat mengambil sikap terutama saat pengumuman atau hasil tes SBMPTN resmi dipublikasikan.
Salah satu perbedaan diantara keduanya adalah saat menjadi mahasiswa peran aktif sangat dibutuhkan. Artinya, seorang dosen hanyalah sebagai fasilitator saja dan memberi kebebasan bagi mahasiswa untuk mencari pengetahuan yang diperlukan. Berbagai sumber materi bisa didapatkan melalui perpustakaan atau literatur buku yang ditunjuk. Terlebih, dengan adanya internet maka strategi belajar benar benar harus dirubah yang tadinya menerima namun kini aktif mencari yang berhubungan dengan mata kuliah.
Berbeda sekali saat duduk di bangku sekolah dimana siswa lebih bersifat pasif dan menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Jika pun ada buku panduan, biasanya sudah ditentukan oleh pihak sekolah sehingga siswa hanya mempelajari dan memahaminya saja.
Perbedaan kedua adalah tugas akademik yang lebih rumit dibandingkan dengan tugas di sekolah menengah. Saat mengerjakan tugas rumah, seorang siswa hanya diminta untuk merangkum isi dari materi atau bab yang sudah dibahas dimana sumber bahannya sudah ditunjuk. Berbeda dengan mahasiswa dimana tuntutan untuk berfikir logis dengan mengurut dan menganalisa satu persoalan dalam bentuk makalah benar benar harus dilakukan. Artinya, tenaga dan waktu ekstra sangat dibutuhkan untuk mendapat hasil yang memuaskan.
Selanjutnya adalah jam kuliah dimana setiap mata kuliah yang diambil dihitung berdasarkan sks yang diambil. Sebut saja seorang mahasiswa mengambil 2 sks dimana waktu kuliah per 1 sksnya adalah 90 menit. Artinya, ia harus menyediakan waktu kurang lebih 180 menit setiap minggunya untuk mempelajari mata kuliah yang diambil. Bagaimana dengan siswa sekolah menengah? Biasanya hanya dibutuhkan waktu kurang lebih 2 atau 3 jam setiap minggunya untuk setiap mata pelajaran.
Perbedaan selanjutnya adalah pelajaran yang umumnya diberikan sesuai dengan jadwal yang sudah ada berlaku saat sekolah. Namun, saat masuk ke PTN, maka di awal semester seorang mahasiswa harus menyusun sendiri mata kuliah apa yang akan diambil selama satu semester. Seorang dosen yang bertugas membina dan membimbing hanyalah memberi saran karena keputusan tetap ditangan mahasiswa tersebut. Untuk itu, sangat perlu diperhatikan waktu belajar dengan jadwal kuliah agar tidak memberatkan namun tetap mengacu kepada kelulusan yang lebih cepat.
Perguruan Tinggi yang selalu menjadi tujuan dari peserta yang ikut SBMPTN hendaknya dipahami dengan benar. Salah satunya adalah kedewasaan dalam menyikapi perbedaan tersebut agar tidak terlena dan santai mengingat peran aktif seorang dosen hanyalah sekedar membimbing namun tidak mengawasi secara penuh. Begitu juga dengan strategi belajar yang harus diubah agar segala materi yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami. Jadi, tidak kaget lagi bukan?
Sudah dapat dipastikan, jika belajar di Perguruan Tinggi sangat berbeda dengan siswa di sekolah menengah. Tak sedikit malah, perbedaan yang cukup mencolok ini membuat banyak mahasiswa yang kurang bisa menyikapinya. Ujungnya, hasil ujian tidak bagus dan mengakibatkan harus berhenti dari kuliah atau drop-out. Umumnya, kondisi ini terjadi di awal tahun kuliah dimana banyak mahasiswa kerap menerima kendala baik dari segi psikis maupun lingkungan.
Agar tak terjadi hal demikian, ada baiknya kita membahas lebih jelas lagi agar dapat mengambil sikap terutama saat pengumuman atau hasil tes SBMPTN resmi dipublikasikan.
Salah satu perbedaan diantara keduanya adalah saat menjadi mahasiswa peran aktif sangat dibutuhkan. Artinya, seorang dosen hanyalah sebagai fasilitator saja dan memberi kebebasan bagi mahasiswa untuk mencari pengetahuan yang diperlukan. Berbagai sumber materi bisa didapatkan melalui perpustakaan atau literatur buku yang ditunjuk. Terlebih, dengan adanya internet maka strategi belajar benar benar harus dirubah yang tadinya menerima namun kini aktif mencari yang berhubungan dengan mata kuliah.
Berbeda sekali saat duduk di bangku sekolah dimana siswa lebih bersifat pasif dan menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Jika pun ada buku panduan, biasanya sudah ditentukan oleh pihak sekolah sehingga siswa hanya mempelajari dan memahaminya saja.
Perbedaan kedua adalah tugas akademik yang lebih rumit dibandingkan dengan tugas di sekolah menengah. Saat mengerjakan tugas rumah, seorang siswa hanya diminta untuk merangkum isi dari materi atau bab yang sudah dibahas dimana sumber bahannya sudah ditunjuk. Berbeda dengan mahasiswa dimana tuntutan untuk berfikir logis dengan mengurut dan menganalisa satu persoalan dalam bentuk makalah benar benar harus dilakukan. Artinya, tenaga dan waktu ekstra sangat dibutuhkan untuk mendapat hasil yang memuaskan.
Selanjutnya adalah jam kuliah dimana setiap mata kuliah yang diambil dihitung berdasarkan sks yang diambil. Sebut saja seorang mahasiswa mengambil 2 sks dimana waktu kuliah per 1 sksnya adalah 90 menit. Artinya, ia harus menyediakan waktu kurang lebih 180 menit setiap minggunya untuk mempelajari mata kuliah yang diambil. Bagaimana dengan siswa sekolah menengah? Biasanya hanya dibutuhkan waktu kurang lebih 2 atau 3 jam setiap minggunya untuk setiap mata pelajaran.
Perbedaan selanjutnya adalah pelajaran yang umumnya diberikan sesuai dengan jadwal yang sudah ada berlaku saat sekolah. Namun, saat masuk ke PTN, maka di awal semester seorang mahasiswa harus menyusun sendiri mata kuliah apa yang akan diambil selama satu semester. Seorang dosen yang bertugas membina dan membimbing hanyalah memberi saran karena keputusan tetap ditangan mahasiswa tersebut. Untuk itu, sangat perlu diperhatikan waktu belajar dengan jadwal kuliah agar tidak memberatkan namun tetap mengacu kepada kelulusan yang lebih cepat.
Perguruan Tinggi yang selalu menjadi tujuan dari peserta yang ikut SBMPTN hendaknya dipahami dengan benar. Salah satunya adalah kedewasaan dalam menyikapi perbedaan tersebut agar tidak terlena dan santai mengingat peran aktif seorang dosen hanyalah sekedar membimbing namun tidak mengawasi secara penuh. Begitu juga dengan strategi belajar yang harus diubah agar segala materi yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami. Jadi, tidak kaget lagi bukan?
0 Response to "Memahami Perbedaan Belajar di Sekolah dan Perguruan Tinggi"
Post a Comment